Media sosial, bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, platform ini menjadi wadah untuk terhubung, berbagi informasi, dan membangun komunitas. Di sisi lain, media sosial juga menjadi ruang subur bagi penyebaran ideologi kekerasan yang dapat membahayakan individu dan masyarakat.
Ideologi kekerasan di media sosial merujuk pada penyebaran ideologi yang mempromosikan kekerasan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Ideologi ini dapat berupa radikalisme agama, ekstremisme politik, supremasi ras, atau bentuk lainnya yang mendorong tindakan brutal dan destruktif.
Penyebaran ideologi kekerasan di media sosial dimungkinkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Anonimitas. Pengguna media sosial dapat menyembunyikan identitas mereka, sehingga mereka merasa lebih bebas untuk menyebarkan ujaran kebencian dan konten provokatif tanpa rasa takut akan konsekuensi.
- Algoritma. Algoritma media sosial sering kali memprioritaskan konten yang memicu respons emosional yang kuat, seperti kemarahan dan ketakutan. Hal ini dapat memperkuat paparan pengguna terhadap konten kekerasan dan ideologi ekstrem.
- Echo chambers. Pengguna media sosial cenderung terhubung dengan orang-orang yang memiliki pandangan dan keyakinan yang sama. Hal ini dapat menciptakan “echo chambers” di mana ideologi kekerasan dapat berkembang tanpa tertantang.
Dampak ideologi kekerasan di media sosial bisa sangat serius. Konten yang mempromosikan kekerasan dapat mendorong individu untuk melakukan tindakan kekerasan, baik secara online maupun offline. Selain itu, ideologi ini dapat menciptakan iklim permusuhan dan intoleransi yang dapat memecah belah masyarakat.
Upaya untuk memerangi ideologi kekerasan di media sosial membutuhkan pendekatan multi-faceted. Platform media sosial perlu meningkatkan upaya moderasi konten mereka untuk menghapus konten berbahaya dan menindak pengguna yang menyebarkannya. Penegak hukum juga perlu bekerja sama untuk melacak dan menindak pelaku kejahatan online yang terkait dengan ideologi kekerasan.
Namun, upaya ini tidak akan cukup tanpa edukasi dan literasi digital yang kuat di masyarakat. Pengguna media sosial perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengidentifikasi konten berbahaya, menolak ideologi kekerasan, dan mempromosikan toleransi dan dialog yang konstruktif.
Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memerangi ideologi kekerasan di media sosial:
Platform media sosial
- Meningkatkan moderasi konten untuk menghapus konten berbahaya dan menindak pengguna yang menyebarkannya.
- Bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil dan akademisi untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk memerangi ideologi kekerasan.
- Meningkatkan transparansi algoritma mereka dan memungkinkan pengguna untuk lebih mengontrol apa yang mereka lihat di umpan berita mereka.
Penegak hukum
- Bekerja sama dengan platform media sosial untuk melacak dan menindak pelaku kejahatan online yang terkait dengan ideologi kekerasan.
- Meningkatkan kapasitas mereka untuk menyelidiki dan menuntut kasus kejahatan cyber.
- Meningkatkan edukasi dan pelatihan bagi penegak hukum tentang ideologi kekerasan online.
Masyarakat sipil dan akademisi
- Melakukan penelitian tentang ideologi kekerasan online dan mengembangkan strategi untuk memeranginya.
- Meningkatkan edukasi dan literasi digital bagi masyarakat tentang bahaya ideologi kekerasan online.
- Mempromosikan dialog dan toleransi antar kelompok yang berbeda.
Individu
- Menjadi pengguna media sosial yang bertanggung jawab dan kritis.
- Melaporkan konten berbahaya kepada platform media sosial.
- Menolak ideologi kekerasan dan mempromosikan toleransi dan dialog.
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka tentang literasi digital.
Memerangi ideologi kekerasan di media sosial adalah tanggung jawab bersama. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan ruang online yang lebih aman dan inklusif bagi semua. Penting untuk diingat bahwa memerangi ideologi kekerasan di media sosial adalah proses yang berkelanjutan. Tantangan baru akan terus muncul, dan kita perlu beradaptasi dan mengembangkan strategi baru untuk mengatasinya. Namun, dengan komitmen dan kerjasama yang kuat, kita dapat membangun masa depan digital yang lebih damai dan toleran. (HMH).
*Hery Miftahul Hadi, Koordinator Duta Damai Lampung
#GenerasiEmasTanpaKekerasan