Di tengah gempuran berbagai permasalahan dan hiruk pikuk kehidupan, Hari Raya Waisak hadir bagaikan oasis yang menyejukkan jiwa. Momentum ini bukan hanya perayaan bagi umat Buddha, tetapi juga menjadi pengingat universal tentang nilai-nilai luhur yang esensial bagi peradaban manusia: kedamaian, cinta kasih, dan kebijaksanaan.
Kelahiran Sang Buddha: Simbol Pencerahan dan Kedamaian
Waisak memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Gautama Buddha: kelahiran, pencerahan, dan kematiannya. Kelahiran Buddha Gautama di taman Lumbini, Nepal, melambangkan awal mula penyebaran ajaran Dharma yang membawa terang pencerahan bagi dunia. Pencerahan yang beliau capai di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya menjadi momen krusial dalam perjalanannya, menandakan pembebasan diri dari penderitaan dan penemuan Kebenaran Sejati. Kematian Buddha Gautama di Kusinara, India, menandai akhir dari perjalanannya di dunia, namun ajarannya terus lestari dan menginspirasi generasi demi generasi.
Pesan Kebaikan Waisak
Di balik kisah inspiratif Sang Buddha, terkandung pesan-pesan universal yang relevan bagi seluruh umat manusia. Ajaran Buddha tentang Catur Arya Prapanca (Empat Kebenaran Mulia) dan Astanggara Path (Jalan Mulia Berunsur Delapan) menjadi pedoman untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan sejati.
Catur Arya Prapanca menjelaskan tentang hakikat penderitaan (dukkha), sebab penderitaan (samudaya), peniadaan penderitaan (nirodha), dan jalan menuju peniadaan penderitaan (magga). Memahami realitas penderitaan dan akar permasalahannya menjadi langkah awal untuk menapaki jalan menuju kebahagiaan.
Astanggara Path kemudian menjadi panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang berlandaskan etika dan kebijaksanaan. Delapan unsur jalan mulia ini meliputi:
- Pandangan Benar: Memahami realitas kehidupan dengan tepat dan sesuai dengan ajaran Dharma.
- Pikiran Benar: Berpikir positif, terbebas dari kebencian, keserakahan, dan delusi.
- Ucapan Benar: Berkata dengan jujur, sopan, dan tidak menyakiti.
- Perbuatan Benar: Melakukan tindakan yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Mata Pencaharian Benar: Mencari nafkah dengan cara yang halal dan tidak merugikan makhluk hidup. (HMH)