Sebagai sebuah bangsa yang besar, kita harus menjaga Pancasila. Lima sila yang terkandung di dalamnya bukan sekadar deretan kata, melainkan sebuah fondasi yang menopang kebersamaan kita sebagai bangsa Indonesia.
Namun, tahukah kita seberapa dalam makna Pancasila dalam kehidupan sehari-hari? Dalam arus globalisasi yang kian deras, pertanyaan tentang relevansi Pancasila kembali muncul, terutama di kalangan anak muda yang mulai acuh terhadap dasar negara kita.
Pancasila dianggap sebagai tonggak sejarah, tetapi banyak dari kita lupa bahwa ia bukan hanya soal masa lalu. Justru, Pancasila tetap menjadi roh yang hidup dalam setiap napas bangsa ini. Peristiwa sejarah seperti G30S/PKI adalah salah satu bukti nyata bahwa ideologi kita pernah diuji dan justru semakin kuat setelah melalui berbagai cobaan.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana Pancasila tetap menjadi pilar yang tak tergoyahkan di tengah dinamika zaman yang terus berubah?
Makna Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Pancasila bukan hanya semboyan yang dipajang di dinding sekolah atau dikutip dalam pidato-pidato resmi. Pancasila ada dalam interaksi sehari-hari kita. Ketika kita menghormati perbedaan agama, suku, dan ras, itu adalah penerapan dari sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa.” Ketika kita duduk bersama, berdiskusi tanpa melihat latar belakang, kita sebenarnya sedang mempraktikkan sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.“
Anak muda sering kali menganggap Pancasila sebagai sesuatu yang kaku dan jauh dari realitas. Namun, jika kita melihat lebih dekat, setiap aspek dari Pancasila sejalan dengan semangat anak muda—mengedepankan persatuan, menegakkan keadilan, dan memelihara semangat gotong royong. Tantangan kita adalah bagaimana menghidupkan nilai-nilai ini dalam lingkungan yang penuh dengan dinamika modernitas.
Pancasila sebagai Benteng dari Radikalisme dan Ekstremisme
Saat ini, salah satu ancaman terbesar yang dihadapi bangsa adalah radikalisme dan ekstremisme. Ideologi yang menyimpang ini sering kali mencoba merongrong persatuan kita. Namun, Pancasila telah terbukti menjadi benteng yang kokoh melawan pengaruh buruk ini. Pancasila mengajarkan kita untuk saling menghargai dan menempatkan kepentingan bangsa di atas segala kepentingan kelompok atau golongan.
Ketika berbagai paham radikal mencoba memecah belah kita, Pancasila hadir sebagai jawaban. Pancasila menekankan pentingnya persatuan tanpa harus meniadakan perbedaan. Sila ketiga, “Persatuan Indonesia,” bukan hanya sekadar semboyan, tetapi nilai yang harus kita jaga dalam setiap aspek kehidupan kita. Ini adalah kekuatan yang menjadikan bangsa kita kuat dan mampu bertahan dari ancaman internal maupun eksternal.
Pancasila dan Generasi Muda: Mengapa Harus Relevan?
Generasi muda adalah masa depan bangsa. Mereka adalah yang akan melanjutkan perjuangan mempertahankan nilai-nilai Pancasila. Namun, relevansi Pancasila di mata anak muda sering kali dipertanyakan. Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, bagaimana Pancasila bisa tetap relevan?
Jawabannya adalah dengan melihat Pancasila sebagai landasan yang fleksibel namun kuat.
Anak muda saat ini mulai peduli pada isu-isu seperti keadilan sosial, kesetaraan, dan kebebasan berekspresi. Semua ini sebenarnya tercermin dalam Pancasila. Sila kelima, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” misalnya, menggarisbawahi pentingnya distribusi sumber daya yang adil, yang sejalan dengan semangat anak muda yang peduli pada ketimpangan sosial.
Menggunakan teknologi dan media sosial sebagai sarana untuk mengedukasi sesama, memperjuangkan keadilan, dan mempererat persatuan adalah bentuk penerapan Pancasila dalam konteks modern. Anak muda memiliki peran penting untuk membawa Pancasila lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Peristiwa 1 Oktober: Simbol Ketangguhan Pancasila
Setiap tanggal 1 Oktober, kita memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Momen ini menjadi pengingat bahwa Pancasila telah melewati berbagai ujian dan tetap berdiri tegak sebagai ideologi bangsa. Peristiwa G30S/PKI yang terjadi pada tahun 1965 merupakan salah satu ujian terbesar bagi Pancasila. Namun, justru dari peristiwa ini, kita dapat melihat bahwa Pancasila tidak mudah digoyahkan oleh ancaman dari dalam maupun luar.
Setelah peristiwa tersebut, bangsa Indonesia semakin memperkuat komitmen terhadap Pancasila sebagai landasan negara. Pancasila terbukti menjadi pedoman yang tidak hanya menyatukan, tetapi juga mengokohkan ketahanan bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan.
Pancasila dalam Dinamika Global
Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, kita perlu mempertahankan jati diri bangsa. Globalisasi memang membawa banyak manfaat, tetapi juga dapat mengikis identitas bangsa jika tidak disikapi dengan bijak. Pancasila, dalam hal ini, menjadi penyeimbang antara tuntutan zaman dengan nilai-nilai luhur yang telah menjadi ciri khas Indonesia.
Pancasila bukan hanya relevan dalam konteks nasional, tetapi juga dalam konteks global. Ketika dunia berbicara tentang perdamaian, keadilan, dan persatuan, Pancasila telah sejak lama menempatkan nilai-nilai tersebut sebagai bagian dari fondasi bangsa. Indonesia dapat menjadi contoh bagaimana ideologi yang berakar kuat pada nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan mampu bertahan di tengah derasnya pengaruh eksternal.
Pancasila Adalah Kekuatan Kita
Di tengah segala tantangan yang kita hadapi sebagai bangsa, baik dari dalam maupun luar, Pancasila tetap menjadi fondasi yang kuat. Pancasila adalah cerminan dari siapa kita—bangsa yang menghargai keberagaman, menjunjung tinggi keadilan, dan berpegang pada persatuan. Generasi muda, sebagai penerus bangsa, memiliki tanggung jawab untuk menjaga agar Pancasila tetap relevan dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Sebagai bangsa yang besar, kita telah terbukti mampu menghadapi berbagai tantangan dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila. Pilar ini tidak hanya menjadi landasan dalam menjaga kebhinekaan, tetapi juga menjadi kompas yang memandu kita dalam membangun masa depan yang lebih baik. Pancasila adalah kekuatan yang tidak akan pernah tergoyahkan, dan kita, sebagai bangsa Indonesia, adalah penjaga dari kekuatan tersebut.
Pancasila Sakti Mandraguna. (HMH).