free page hit counter
Teori Trikon

Inilah Penjelasan Tentang Teori Trikon dari Ki Hajar Dewantara

Teori Trikon adalah teori yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro. Selain semboyan pendidikan populer “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” ada juga konsep Trikon yang mengacu untuk proses terbentuknya pendidikan. Asas ini sama pentingnya dengan semboyan pendidikan yang beliau sosialisasikan bagi para murid dan juga khalayak lainnya. 

Teori Trikon dan Penjabaran Singkatnya 

Kata “Trikon” menjelaskan tentang kesinambungan dalam pendidikan. Setidaknya, inilah yang dipercayai oleh Ki Hajar Dewantara untuk dapat menanamkan pendidikan dengan baik dan efektif. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah penjelasan singkat tentang teori trikon dari Ki Hajar Dewantara. 

1. Kontinuitas

Sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus tentu akan membuahkan hasil. Hal ini bisa diterapkan ketika ingin menguasai suatu keterampilan, mempelajari sesuatu atau mensosialisasikan suatu hal. 

Kita tidak bisa kaya, pintar atau terkenal dalam waktu singkat. Setidaknya kalau ingin hasil yang tahan lama. Diperlukan perencanaan yang baik dan selain melakukan secara kontinu, hal ini harus dibarengi dengan nilai – nilai lain. 

Tahapan pengembangan pendidikan dilakukan dengan perencanaan matang. Setelah memiliki tata cara yang ingin dilakukan maka berlanjut pada tahap eksekusi. Untuk mengetahui kelancaran penerapan kemudian dilakukan evaluasi. 

Intinya adalah untuk melakukan sesuatu secara kontinu tidak bisa hanya mengulang – ulang hal yang sama. Diperlukan variasi dan evaluasi untuk menilai kalau hal yang dilakukan sudah benar dan efektif. Setelahnya baru dilakukan penyesuaian atau perbaikan bila perlu. 

Suatu hal yang dilakukan tiba-tiba akan menarik pada awalnya. Tapi kalau tidak dapat menawarkan sesuatu yang tahan lama maka akan kehilangan pengaruhnya dan ditinggalkan oleh mereka yang bahkan pada awalnya menaruh minat besar. 

Dalam proses Pendidikan, kontinuitas berhubungan dengan upaya yang belajar dari masa lalu menggunakannya pada masa sekarang dengan mempertimbangkan masa depan. Artinya adalah proses Pendidikan berhasil dengan memiliki landasan yang kuat seperti jati diri dan juga kepentingan yang menjadi bagian penting bagi tiap individu. 

Seseorang tidak terkejut dengan berbagai nilai dan budaya asing. Mereka bisa menyortir nilai yang bisa diadaptasi atau ditolak dengan tegas. Prinsip kontinuitas mengajarkan jati diri yang jelas sehingga masa depannya tidak terbawa arus teknologi dan modernisasi yang tidak selalu cocok dengan identitas tiap orang. 

2. Konvergenisitas

Kata yang merupakan bagian dari teori trikon Ki Hajar Dewantara ini mengacu pada kata konvergen yang berarti intervensi secara terorganisir. Untuk menyampaikan suatu hal baru seperti kurikulum baru, kebijakan untuk memperbaharui kebijakan yang lama membutuhkan berbagai sumber untuk mendukungnya. 

Ki Hadjar Dewantara sendiri mempelajari berbagai praktik pendidikan seperti teori  Montessori, dan dasar – dasar pendidikan Tk yang diajarkan oleh Froebel. Ilmu yang diperolehnya kemudian disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan di Indonesia dan Nusantara yang memiliki beragam perbedaan. 

Ambil contoh konsep pendidikan kristiani yang diajarkan Froebel tidak mentang – mentag diadaptasikan di Indonesia. Melainkan mengambil inti pendidikan usia dini dengan mendekatkan diri dengan alam, dan pengenalan dengan kemampuan untuk bisa mandiri. 

Ki Hajar Dewantara juga mempelajari berbagai pendekatan edukasi lainnya untuk bisa  merumuskan suatu metode yang paling pas untuk bangsa Indonesia. Kalau dipelajari dan dipraktekan secara kontinu tentu akhirnya bisa ditemukan suatu rumusan yang tepat. 

3. Konsentrisitas

Pendidikan selalu mengikuti perubahan zaman. Itulah alasannya mengapa kurikulum terus menerus mengalami perubahan. Dengan mengambil asa pemikiran tertentu, pendidikan kemudian dimodifikasi sehingga bisa menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan dunia. 

Selain belajar dari berbagai sumber dan melakukannya secara terus-menerus, Anda juga perlu memikirkan inovatif dan kreatif untuk menghasilkan suatu hal yang baru. Itulah dasar adanya kurikulum merdeka dan kurikulum lainnya yang secara kontinu dikembangkan. 

Prinsip Konsentris menggabungkan dengan dua prinsip Trikon lainnya yakni Kontinuitas dan Konvergensi. Kita sulit untuk  memikirkan sesuatu yang kreatif dan inovatif tanpa banyak mempelajari banyak hal dan melakukannya secara kontinu. 

Keinginan Ki Hajar Dewantara adalah rakyat Indonesia yang mampu memiliki identitasnya sendiri dan bersaing dengan bangsa lain sebagai suatu bangsa yang memiliki nilai sendiri dan tidak minder dengan negara lainya. 

Pendidikan adalah suatu proses yang terus berubah dan berkembang kalau mau selalu sesuai dengan perubahan zaman. Tujuan utama pendidikan adalah siswa dapat tumbuh kembang sesuai karakter budayanya. Oleh karena itu Ki Hajar Dewantara mencontohkan kalau kita bisa belajar dari siapa saja tapi selalu harus konsentrasi utamanya adalah karakter budaya sendiri sebagai pusatnya

Demikianlah penjelasan tentang Teori Trikon. Ketiga asas dari Ki Hajar Dewantara ini semua diawali dengan kata “kon”. Ketiganya dapat mengembangkan pendidikan dan penerapannya secara efektif dan efisien. Hal ini berarti ketiganya perlu dilakukan bersamaan agar benar – benar bisa memberikan pengaruh yang nyata.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.